Senin, 24 Mei 2010

Menjadi Seorang Pemimpin Redaksi

Malang, 4 Mei 2010 pkl 11.15
Menjadi seorang pemimpin redaksi tidaklah muda, walaupun itu hanyalah di sebuah majalah kampus. Yah, sekarang aku menjadi seorang PJS pemimpin redaksi di LPM-DIANNS-FIA-Universitas Brawijaya. Aku memang pernah membayangkan (menghayalkan) suatu saat bisa menjadi pimred (pemimpin redaksi), tidak hanya di majalah kampus tapi juga disalah satu penerbitan, di manapun itu nantinya. Tapi, menjadi seorang pimred di DIANNS secapat ini tidak kubayangkan, terlalu cepat menurutku, dan kemampuan yang kumiliki juga masih sangat terbatas. Menjadi seorang pimred di DIANNS berarti juga harus menjadi seorang editor. Yah, di DIANNS memang seorang Pimred tugasnya sekaligus menjadi editor. Dan ketika tugas itu mulai dilimpahkan kepadaku dengan tanpa persiapan, kurasakan beban dipundakku sangat besar. Bisa enggak sih, aku mengedit berita-berita yang masuk? Itulah pertannyaan yang pertama kali muncul di benakku. Bisa enggak sih aku mengatur semua ini?.
Pimred sebelumnya, yang telah mengundurkan diri, sering sekali curhat kepadaku tentang keluhannya. Keluhannya tentang kawan-kawan yang malas nulis, tulisan yang selalu saja molor dan menjadi basi, kurangnya keseriusan teman-teman semua akan eksistensi LPM dan masih banyak lagi.

Dan keluhan tersebut akhirnya juga aku raskan. Berat, berat sekali, aku tak tahu caranya bagaimana kawan-kawan semua yang masuk ke lembaga ini mau menulis dengan ikhlas, tanpa harus dipaksa, penuh kesadaran. Dan seharusnya kawan-kawan semua (baik yang duluan masuk ataupun yang belakangan) tahu kalau kalian masuk DIANNS berarti kalian mau nulis, Ga’ harus dipaksa dan Ada komitmen.

Kawan, sebenarnya aku sudah capek menanyakan tugas kalian masing-masing, sudah kuberi waktu satu bulan lebih, tapi bahan pun kalian tak ada. Sudah berkali-kali ku SMS, gimana hasilnya? Ada kesulitan enggak? Kalau ada kita pecahin bareng-bareng? Butuh bantuan enggak?. Sudah di tambah waktu satu minggu lagi, dan hasilnya hanya beberpa anak yang selesai, dan yang membuatku kecewa, orang seharusnya memberikan contoh, yang telah masuk DIANNS lebih lama, belum sama sekali memulainya. Prosesnya masih NOL. Orang yang sepertinya semangat benget malah hasilnya Nol, berkali-kali ku SMS gak ada jawaban. Tolong lah kawan bantulah aku. Menjadi seorang coordinator sperti ini memang enak apa?. Sudah berapa kali aku mengutarakannya, menjadi seperti ini tidak mudah, capak aku memikirkannya. Terkadang aku berfikir hanya ingin menjadi anggota biasa. Disuruh nulis, ya, uda langsung nulis, ngumpulin dan enggak usah mikrin yang lainnya lagi.

1 komentar: