Kamis, 28 Juni 2012

Aku Itu Di mana?

Aku di Urutan keberapa?

Bagimu, aku itu siapa?
Dalam lorong-lorong hidupmu, aku itu di mana?
dalam  urutan prioritasmu aku nomer berapa?

seberapa berharga diriku di dirimu?

Apakah aku hanya sekedar persinggahan?
Penghibur dikala kau sedikit berat dengan rutinitasmu, Keberadaanku sangat tak berharga..?

Hanya kau butuhkan sebagai penambal.....
orang-orang biasa, tak beharga yang kau temui di jalanan

Ah, aku tak memintamu menjadikanku di urutan nomer satu.
tapi, aku juga tak ingin berada di urutan terakhir.


Semuanya kini ku sadari, keberadaanku mungkin hanya sekedar tempat persinggahan dalam perjalananmu yang panjang.
Aku hanya orang yang kau sapa dalam langkah-langkahmu mendaki tangga glory kehidupanmu.

Hari-hari yang terlewat kini memudar dan menguap, menjadi sebuah kenangan akan kebahagian bersamamu.

truthfully i was happy being with u...


Malang, 27 Juni 2012  Jam 14.09

Minggu, 10 Juni 2012

Camila Vallejo dan Perjuangan Camila Valledjo dan Perjuangannya




                                                                              
                                                                                                                                       
 Malang, 20 November 2011

Saya mengenal Camilla Vallejo dari sebuah diskusi di ruang sempit laboratorium kebijakan Publik di kampus saya. Seorang teman, yang biasa kita sapa Phay, memperkenalkan saya kepada sosok Camila yang revolusioner.  Kemudian saya meng-googling-nya. Di umurnya ya masih sangat mudah, 23 tahun. Dia telah memimpin pejuangan. 

Saya sangat salut dan respect dengan perjuangan Camilla Vallejo. Tapi yang saya lebih respect adalah keberadaan orang-orang yang mau berbuat untuk perubahan walau  itu kecil, seperti seseorang yang rela menolong sesame tanpa di bayar sepeserpun. Bahkan mengorbankan gajinya  sendiri. Bisa nggak saya berbuat seperti itu?

Mungkin ini akibat dari rasa frustasi dari kegagalan saya, ketakberdayaan saya, dalam suatu organisasi yang pernah saya ikuti. Cita-cita  yang terlalu besar, mempelajari banyak hal ternyata tak bisa saya dapatkan, dan saya juga tak mampu memberikan apa-apa. Bukan salah siapa? Salah saya sendiri.
Memutusakan untuk menyudahinya. Menjadi mahasiswa kebanyakan. Saya pikir tiga tahun adalah waktu cukup lama untuk bermain-main dengan organisasi, memainkan emosi, walaupun itu sebenarnya tidak cukup. Tapi kalau memang stagnan dan sulit untuk berubah, apa yang mesti dipertahankan. I try to quit and wanna try another new thing. 

Mending saya ikutan diskusi-diskusi di luar saja, dari pada berada di rumah siput (dulu) semoga sekarang tidak lagi.  Apa yang mau saya cari di luar ketika forum diskusi sudah banyak yang tutup? Itu yang yang selelu menjadi pertanyaan yang membayang di benak saya. Sebentar lagi, saya akan lulus jadi sarjana, permintaan keluarga empat tahun sudah harus lulus. Sedangkan bekal pengetahun saya untuk menjadi seorang sarjana pun tak cukup. 

Ikut Nganty Wani, ternyata passion saya juga kurang kuat, saya takut untuk berjalan sendirian setelah turun dari angkot. Mencoba mengajak beberapa teman dan tidak berhasil. Kalau dulu mungkin saya masih  usahakan, tapi sekarang saya memutuskan untk berhenti. Karena saya sudah menemukan ruang diskusi di kampus sebagai penggantinya. Walaupun Nganti Wani waktunya lebih lama, lebih banyak hal yang bisa didiskusikan, tapi lumayanlah dari pada bengong di kosan, bergossip dan nonton drama korea (saya tidak bilang drama korea buruk, karena banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran di sana). I really thanks pada dosen yang menyediakan sedikit waktu dari waktu-waktunya yang padat untuk berdiskusi, memberikan vitamin kepada mahasiswa-mahasisiwa kurang vitamin seperi saya. Kemudian saya memikirkan kembali apa yang saya inginkan dalam hidup ini. 

Kagagalan mempelajari berbagai hal, termasuk mungkin kurangnya passion dari sendiri. Membuat saya kembali me-rethink apa yang bias saya lakukan untuk negeri ini even a lil thing? Sebagai Mahasiswa, mungkin (memang iya) saya tak banyak bisa berbuat,  termasuk dari jalur jurnalistik yang pernah saya pilih, yang awal mula ku pikir bakal bisa berbuat banyak.

Sekarang yang saya pikirkan adalah apa hal kecil yang bisa saya perbuat untuk negeri ini? Cita-cita saya adalah menidirikan perpustkaan yang bisa di akses semua orang, terutama anak-anak di daerah saya. Karena saya pikir, untuk memajukan suatu bangsa maka budaya membaca harus ditanamkan sejak kecil, agar ia bisa menjadi hobi. Kalau membaca sudah menjadi hobi ia sedikit bisa meredam ke adiktifan pada permainan modern. Waktu kecil saya suka membaca, tapi medianya kurang, karena saya tinggal di Desa.  bagaimana meningkatkan kesadaran membaca karena dengan membaca kita akan lebih memahami apa yang terjadi?

Rasa frustasi dan kecewa juga membayangi saya kepada orang yan berjuang dan berkoar-koar tapi tenyata malah terjerumus ke dalam banyangan gelap dari apa yang diperjuangkanhya. Saya frustasi kepada orang-orang yang pada tahun 1998  dan tahun-tahun perjuangan sebelumnya, menjadi seorang revoulusioner, tapi ketika ia ada dalam pemerintahan, berkuasa, malah ikut merampas hak rakyat untuk menambah pundi-pundinya pribadi maupun golongannya.

Mungkin, sebenarnya judul yang lebih tepat adalah " Camilla V. dan Saya"  Camilla yang pejuang sedangkan saya yang "pengecut"

Hari Untuk Amanda

(Belajar bikin resensi)
Amanda : Aku mau nikah Har?? 
Harry     : Iya, sama aku kan? 
Amanda :Kapan?
Harry    : ya nantilah Manda, kita harus bereskandulu pernikahanmu yang kacau itu. Enggak mungikn juga kan ...... 
Amanda : Harry, har, sama kamu itu selalu saja lihat saja nanti. selalu ada yang lebih seru dibanding yang lebih penting.
Harry   : Aku bukan Harry satu tahun yang lalu Manda, aku udah berubah.
Manda : Kamu itu kayak Jakarta Har, gampang banget berubahnya. Kayak kamu pernah bilang sama aku, berubah sebenarnya nggak berubah.

 Film ini disutradarai oleh Angga Sasongko. Dibintangi oleh Fanny Febriana, Oka Antara, Reza Rahadian, Indra Herlambang, Ida Kusumah, dan Kinaryosih. Film ini cukup bagus related dengan kehidupan nyata.

 Di awal, ceritanya masih datar, di bagian akhir cerita baru menarik. Seperti percakapan menjelang akhir cerita di atas. mungkin di sini film ini mau menyampaikan pesan bahwa cinta itu tidak cukup untuk bisa menikah. Hidup itu tidak hanya santai, kayak di pantai. Slow kayak di pulau seperti prinsip hidup Harry. Memang hidup itu harus seimbang, serius jika saat serius dan santai jika saatnya santai. 

Di awal cerita, aku pikit entar Amanda bakal membatalkan pernikahanya sama Doddy, dan nikah sama Harry. Ternyata aku salah………….. Cerita dibuka dengan Amanda (Fanny Fabriana) yg sedang sibuk mempersiapkan hari pernikahannya bersama Doddy (Reza Rahadian) yg tinggal sepuluh hari lagi. Kejadian-kejadian tipikal persiapan pernikahan seperti; cekcok kecil antara keluarga, urusan katering, dll, mau tidak mau mesti dihadapi Amanda dengan sabar. Di sela-sela kesibukannya itu, perhatiannya sedikit teralihkan saat Harry (Oka Antara), mantan pacar Amanda, tiba-tiba mengirimkan box berisi barang-barang kenangan mereka, ke rumah Amanda -entah apa maksudnya-setelah setahun lamanya tidak bertemu. 

Singkat kata, karena Doddy tenggelam dalam pekerjaannya, Amanda yang kesal dan juga ingin menyelesaikan urusannya dengan Harry, ‘menantang’ Harry untuk ikut mengantarkan undangan pernikahannya pada para kerabat. Supaya ‘kamu ngerti pentingnya pernikahan ini buat aku, Har‘. 

Selama ini, meski mereka sudah putus, Harry masih sering mengirimi Amanda sms sayang. Harry adalah mantan pacar Amanda selama 8 tahun, dan sejak awal jelas diperlihatkan bahwa ia masih menyimpan perasaan pada Amanda. Tingkah laku Harry yg tengil, sering menggoda Amanda serta mengungkit kenangan mereka sepanjang perjalanan tentu membuat kesal Amanda. Namun dengan berlalunya waktu, perjalanan singkat bersama Harry lambat laun membuat Amanda bimbang. Ia mulai mempertanyakan calon suaminya yg semestinya menemaninya saat ini, namun membatalkan di detik-detik terakhir karena urusan pekerjaan. Ia mulai luluh saat menyadari betapa berartinya keberadaan Harry saat ini.

 Amanda dihadapkan pada dua pilihan. Melanjutkan penikahanya dengan Dody yang tinggal 10 hari lagi atau memelih Harry (orang yang sebelumnya dia bilang tidak akan nikah kalau tidak dengannya). Soundtrack yang paling keren di film ini adalah persembahan dari Music for sale dengan hitsnya “so right”. Selain itu film ini juga diisi oleh soundtrack lain yang ga kalah keren dari Alexa, Darling Pure Saturday “Desire” (lagu kenangan Hari dan Amanda) serta hitsnya Kosong.              To be countinued